7 Fakta Mengejutkan: Bagaimana Pola Asuh Orang Tua Bisa Mempengaruhi Perilaku Bullying pada Remaja!

Seorang anak laki-laki dengan tangan terangkat dikelilingi oleh tangan yang menunjuk, menggambarkan tekanan sosial dan stigma
Ditekan oleh Jari: Simbol Ancaman Sosial dan Stigma (Pixabay/Tumisu)

Perilaku bullying di kalangan remaja jadi topik yang penting banget untuk dibahas. Penelitian dari Ayu Dekawaty di jurnal Health Care menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara cara orang tua mendidik anak dan perilaku bullying. Yuk, kita lihat tujuh fakta menarik dari penelitian ini!

1. Usia Responden

Peserta demonstrasi menahan spanduk bertuliskan 'HATE IS A VIRUS' dalam acara protes menentang diskriminasi dan kebencian.
Demonstrasi Menentang Hate: 'Hate is a Virus (Unsplash/JasonLeung)

Rata-rata usia responden dalam penelitian ini adalah 15,35 tahun, dengan usia maksimal 17 tahun. Di usia ini, remaja sering mengalami perubahan emosional yang besar. Penting bagi orang tua untuk memahami perasaan anak-anak mereka agar bisa memberikan pola asuh yang tepat.

2. Jenis Kelamin Responden

Dua anak kecil, seorang gadis dengan rok tutu merah muda dan seorang anak laki-laki dengan kemeja putih, berjalan beriringan di jalan setapak.
Anak-anak Berjalan Menuju Masa Depan dengan Ceria (Unsplash/KevinGent)

Dari 96 responden, 52,1% adalah perempuan dan 45,8% laki-laki. Anak perempuan biasanya lebih terlibat dalam bullying relasional, seperti menyebarkan rumor. Sementara itu, anak laki-laki lebih sering melakukan bullying fisik. Mengetahui perbedaan ini bisa membantu orang tua dalam mendidik anak agar terhindar dari perilaku bullying.

3. Pola Asuh Orang Tua

Seorang ibu mengenakan hijab menggendong anaknya, berciuman dengan penuh kasih.
Momen Hangat Antara Ibu dan Anak (Pixabay/IqbalStock)

Pola asuh demokratis adalah yang paling umum, dengan 47,9% responden. Pola asuh ini memberi kebebasan kepada anak untuk berpendapat, tapi tetap ada batasan. Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang baik bisa mengurangi perilaku bullying. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis cenderung lebih mandiri dan bisa mengendalikan emosi mereka.

4. Perilaku Bullying di Kalangan Remaja

Seorang remaja terlihat duduk sendirian di tangga, melipat tangan di lutut dengan ekspresi putus asa.
Refleksi Kesedihan di Tepi Tangga (Unsplash/ZhivkoMinkov)

Dari 96 responden, 52,1% menunjukkan perilaku bullying ringan, 33,3% sedang, dan 14,6% berat. Bullying ini bisa berupa tindakan verbal atau fisik yang merugikan orang lain. Pola asuh yang buruk, seperti otoriter atau permisif, bisa meningkatkan risiko perilaku bullying. Jadi, orang tua perlu paham dampak dari cara mereka mendidik anak.

5. Hubungan Antara Pola Asuh dan Bullying

Wanita dengan kacamata menunjukkan jari telunjuk dengan ekspresi serius di latar belakang hitam.
Wanita Menunjukkan Jari Telunjuk dengan Ekspresi Serius (Pixabay/Rickey123)

Analisis statistik menunjukkan ada hubungan signifikan antara pola asuh orang tua dan perilaku bullying pada remaja, dengan p-value = 0,000. Ini artinya, cara orang tua mendidik anak bisa mempengaruhi tingkat perilaku bullying. Pola asuh demokratis cenderung menghasilkan perilaku bullying yang lebih rendah, sedangkan pola asuh otoriter berhubungan dengan perilaku bullying yang lebih tinggi.

6. Dampak Pola Asuh Otoriter

Wanita dengan ekspresi marah dan menunjukkan kepalan tangan
Ekspresi Marah Seorang Wanitaurt-ktCPb9OnJqw-unsplash (Unsplash/EnginAkyurt)

Pola asuh otoriter, yang ditandai dengan kontrol ketat dan kurangnya komunikasi, bisa bikin anak merasa tertekan. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan otoriter cenderung lebih sering melakukan bullying. Jadi, penting bagi orang tua untuk menghindari pola asuh yang terlalu keras dan mencari cara untuk berkomunikasi dengan anak.

7. Pentingnya Pola Asuh Demokratis

Dua anak laki-laki berdiri di depan dinding berwarna biru, satu tampak marah sementara yang lain menangis, dengan bola hijau di samping mereka.
Ekspresi Emosional Anak-anak Dalam Kehidupan Sehari-hari (Pixabay/IqbalStock)

Pola asuh demokratis memberikan dukungan dan pengertian kepada anak, membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial yang baik. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung lebih percaya diri dan punya hubungan baik dengan teman-teman. Dengan menerapkan pola asuh demokratis, orang tua bisa membantu mengurangi perilaku bullying dan menciptakan lingkungan yang positif bagi perkembangan anak.